Sabtu, 15 Februari 2014

FUN HIKING KMPA FORESTKIP

Cibodas. Kelompok Mahasiswa Pencinta Alam (KMPA) Forestkip menggelar kegiatan berbasis kealaman dengan nama kegiatan FUN HIKING KMPA Forestkip. Kegiatan ini adalaha bentuk program kerja tahunan yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam pelaksanaannya kegiatan ini diikuti sebanyak 41 peserta dan panitia. Yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan umum.
Jumat 6 s.d Minggu 8 Desember 2013 Panitia dan peserta mempersiapkan untuk pendakian dengan mengadakan upacara pembukaan dihalaman kampus.Dalam sambutannya disampaikan kepada peserta dan panitia agar selalu menjaga kondisi dan nama baik lembaga ujar Ketua III Bidang kemahasiswaan Drs. M. Yusuf.
Pukul 14.00 wib peserta FUN HIKING KMPA Forestkip diberangkatkan menuju Gunug Gede Pangrango menggunakan lima kendaraan. Setelah registrasi selesai peserta dan panitia bergegas untuk melakukan pendakian di malam hari yakni pada pukul 20.00 wib. Dalam perjalannya peserta sangat antusian dan fun sesuai dengan nama kegiatan yaitu FUN HIKING KMPA Forestkip STKIP Muhammadiyah Bogor. Kegiatan ini bertujuan untuk membuka paradima peserta khususnya dan umumnya masyarakat agar selalu menjadikan alam sebagai sahabat dan bersahabat dengan alam sesuai dengan tema kegitan yaitu “Bersama Alam Kita Bersahabat Bersama Sahabat Kita Menyatu Dengan Alam”
Asep Ahamad Mutadin sebagai ketua pelaksana menyatakan pada hari pertama kegiatan disi dengan pendakian menuju Curug Ciberem untuk camp sementara. Keesokan harinya peserta diajak melanjutkan pendakian menuju puncak Gunung Gede. Dalam perjalannya peserta dimanjakan dengan beberapa pasilitas alam. Diantaranya Talaga Warna, Curug Ciberem, Cipana dan pepohonan yang masih rindang. Setelah menikmati perjalanan hujan turun dengan derasnya namun tidak menyurutkan semangat kami untuk meneruskan pendakian. Jas hujan menjadi andalan kami untuk menghadang hujan yang semakin deras itu. Setelah lama mendaki akhirnya kami memutuskan untuk camp di bawah tanjakan yang sangat terjal dengan julukan Tanjakan Setan. Peserta dan panitia dengan sigap mendirikan tenda karna hari semakin gelap.
Hari terakhir kegitan dilanjtak pendakian menuju puncak Gunung Gede. Rasa lelah terobati dengan sejumlah pemandangan elok yang disuguhkan di puncak gede. Sebagian peserta mengambil momendengan berpoto bersama dan sebagian peserta beristirahat sambil menikmati kabut yang menyelimuti Puncak Pangrango yang terlihat di Puncak Gede. Selang lima belas menit kami turun untuk kembali ke camp dan melanjutkan kegitan berikutnya. Pembina dan panitia mempersiapkan kegitan FUN Game untuk merefleksi peserta agar tidak kelelahan.
Upacara penutupan dilakukan ditengah-tengah perjalanan pulang di Kandang Batu. Penutupan secara resmi ditutup oleh pembina KMPA Forestkip Febry Rosyadikin. Beliau mengatakan selamat kepada para peserta telah berhasil menaklukan Puncak Gede dengan ketinggian 2.958 MPDL. Dan menjadikan kegiatan ini sebagai ajang silaturohmi antar pencinta khususnya di Kabupaten Bogor.



Jumat, 14 Februari 2014

MENJADI GURU ITU MENYENANGKAN


Tuhan memang adil untuk memberikan rizki kepada seluruh umatnya, tutur Ira juniati yang akrab dipanggil Bu ira kelahiran 35 tahun yang lalu. Putri bungsu dari ibu Cocop dan Barnas seorang petani yang termasyur di kampungnya. Ira juniati kuliah di STAI Laroiba jurusan pendidikan madrasah ibtiyah (MI). Di sela kesibukannya kuliah, dia aktif menggeluti dunia pendidikan.
Pada tahun 2002 Ira melamar ke salah satu sekolah dasar di kecamatan cigudeg , yaitu SDN Parakantiga dikepalai oleh Bpk Abu, S.Pd, nah disinilah ia mempunyai banyak kesempatan untuk ikut tes CPNS di kabupaten maupun kota. Waktu terus bergulir Ira semakin enjoy dan memfokuskan dirinya menjadi seorang tenaga pendidik. Terbukti dari keuletannya ia bisa membawa sekolahnya juara dalam kegiata-kegiatan yang diadakan oleh kecamatan.
Saat ditanya mengapa memilih menjadi seorang guru padahal gajihnya amat minim? Guru bukanlah profesi melainkan pilihan hidup dan pengabdian terhadap bangsa dan negara. Itulah yang menjadi pondasi saya untuk tetap teguh pada pendirian. Gaji bukanlah tolak ukur untuk kesuksesan dan keilasan dalam bekerja, saya justru merasa lebih sederhana dan segala kebutuhan alhamdullilah bisa tercukupi. Mungkin rasa syukur dan ikhlas yang membuat saya begitu enjoy. “jelasnya.
Pak Soleh yang banyak melatih dan menempa saya. Ia memberikan motivasi untuk tetap bertahan menjadi sorang guru. Ketika 2 tahun berjalan masa kerja saya, saya mulai menemukan jati diri yang sebenarnya. Ternyata menjadi guru itu menyenangkan. Hampir setiap hari minggu anak-anak didik saya main kerumah dengan membawa makanan khas kampungnya. Saking dekatnya mereka sampe nginep dirumah ketika liburan datang. tambahnya
Di sekolah saya dipercaya untuk menjadi wali kelas V dan menjadi pembina pramuka. Kepercayaan itu menjadi semangat saya tumbuh untuk tetap mendidik anak-anak dengan hati dan nurani. Pagi-pagi saya sudah berda disekolah, membersihkan kantor dan mempersiapkan bahan ajar. Anak-anak sangat antusias untuk mencium tangan saya, mungkin itu tandanya mereka menghormati saya.
Ketika ditanya apakah ada orang yang dekat ibu yang membantu dan memberi spirit ibu dalam karir? Dengan ceria Ira mengatakan, oh so pasti, “Ada, Ayah, Ibu dan Kakak-kakak saya’’, cetusnya.
Di akhir perbincangan Ira mengatakan bahwa harapan kedepan, saya mohon kepada Allah agar saya diberi sehat wal’afiat dan diberikan kekuatan iman saya dan pesan saya kepada rekan guru atau calon guru, “Pesan saya kepada seluruh rekan untuk tegar menjalani hidup, karena pekerjaan apapun kalau dijalani dengan tulus dan ikhlas Insya Allah, akan berhasil dan tidak boleh menyerah”