Kamis, 07 Februari 2013

Cinta Kita

Jangan dengarkan orang bicara
Jangan ikuti orang mengarah
Mereka cuma sirik sama kita


Percuma omongan orang dipercaya
Percuma banyak mulut-mulut berbisa
Mereka hanya sirik dengan cinta
Oh cinta kita

Cinta kita tak kan terbelah
Walau banyak cerita cerita
Yang gak mengasyikan
Cinta kita tak kan terpecah
Walau penuh kisah dan kisah
Yang coba tuk menghancurkan kita

Acuhkan nada sumbang yang ga jelas
Acuhkan suara pengadu domba
Mereka selalu sirik dengan cinta
Oh cinta kita

Cinta kita tak kan terbelah
Walau banyak cerita cerita
Yang coba tuk menghancurkan kita

By Slank

Kajian Drama Remaja Taplak Meja

KAJIAN DRAMA


KAJIAN DRAMA REMAJA TAPLAK MEJA
Diajukan untuk mata kuliah Kajian Drama semester v (lima)
Oleh :
- Anton Hilman
- Eneng Bunga Wasih
- Sri Lestari
- Asep Mulyana










PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
STKIP MUHAMMADIYAH BOGOR
Jalan Raya Leuwiliang Bogor
2013
BAB I
RINGKASA CERITA
A. Ringkasan Cerita
1). Eksposisi
Lakon ini menceritakan tentang seorang Laki-laki dewasa bernama Pakde Kempul, yang telah baik hati menampung anak-anak broken home di rumah singgahnya. Ia bersama teman sekaligus mantan pacarnyanya, Bude Kiranti memiliki cita-cita yang mulia yaitu ingin mengadakan home schooling agar anak-anak itu bisa menerima pelajaran dan pengajaran yang sewajarnya.

Dalam pembelajaran, Bude kiranti membiasakan menutup meja masing-masing dengan taplak meja. Alasannya adalah agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti mencontek dengan cara mencorat-coret meja. Dikarenakan taplak meja tersebut milik perkumpulan PKK Kelurahan, maka anak-anak ditugaskan untuk mencari taplak meja dengan cara masing-masing.

Selain untuk menerapkan sikap perjuangan dan pengorbanan, ternyata pencarian taplak meja ini pun memiliki tujuan yang utama, yaitu Pakde Kempul dan Bude Kiranti bermaksud agar mereka dapat kembali pulang ke rumah masing-masing.
Hanya cara tersebutlah yang bisa mereka lakukan, karena mereka pasti kebingungan bagaimana cara mendapatkan taplak meja tersebut tanpa ada uang sepeser pun.

Tanpa diduga, ternyata Pakde Kempul dan Bude Kiranti masih saling mencintai. Mereka saling terbuka soal perasaan masing-masing. Kemudian hal tersebut didengar oleh anak-anak. Mereka pun ikut bahagia dengar perbincangan tersebut.

Pada akhirnya Pakde Kempul dan Bude Kiranti pun menikah. Segala perlengkapan pesta telah dirancang oleh anak-anak, dibantu pula oleh orangtua mereka. Pesta pernikahan yang unik, karena berbeda dengan pengantin lainnya. Pesta dilaksanakan di rumah mempelai pria. Beberapa buah penghantar mas kawin, gaun dan perlengkapan lainnya dirancang dari taplak-taplak meja yang unik.

Meskipun anak-anak tersebut sudah kembali bersama orantua mereka, tapi mereka sudah merasa nyaman tinggal bersama Pakde Kempul. Mereka mengatakan bahwa mereka tidak ingin berpisah dengan Pakde Kempul.

2). Komplikasi
Kurangnya kasih sayang serta kepedulian orangtua, sehingga anak enggan untuk tinggal di rumah sendiri (broken home). pembelajaran dan pengajaran pada anak-anak pun kurang terkondisikan, sehingga tingkah laku mereka pun menjadi tidak sewajarnya. Mereka justru lebih senang dengan lingkungan yang mereka anggap lebih nyaman dan bebas, tanpa memikirkan dampaknya.

3).Klimaks
Pakde Kempul dan Bude Kiranti berjalan menuju teras depan meneruskan pembicaraan, sambil mengulang memori waktu masa dulu ketika Pakde Kempul di mararhin mamah Bude Kiranti gara-gara taplak mejanya bolong terkena punting rokok milik Pakde Kempul, akhirnya Pakde Kempul tidak boleh lagi maen ke rumah Bude Kiranti. Lagak marahnya sudah seperti menolak calon menantu saja, sedih sekali rasanya perasaan Pakde Kempul waktu itu. Tapi sekarang Pakde Kempul bias bebas maen kerumah Bude Kirantitanpa terkena omel mamahnya karena mamah Bude Kiranti sudah almarhum 5 tahun yang lalau karena penyakit lamanya, “Inalillahi wa ina ilahi rojiun” turut berduka cita ya ran ujar Pakde Kempul, Terima kasih, kita semua akan kembali padanya. Jadi sudahlah, tidak usah terlalu bersedih ujar Bude Kiranti.

4). Antiklimaks
Bude Kiranti berhasil menggoyahkan perasaan serta niat Pakde Kempul yang dulu suka sesama jenis menjadi tidak menyukai sesama jenis dan berhasil mengembalikan perasaan Pakde Kempul untuk suka sama lawan jenis dengan cara yang mengungkapkan kembali perasaan Bude kiranti yang selama ini menghilang datang lagi terhadap Pakde Kempul. Sijantung hati Pakde Kempul yang selama ini menghilang kembali dating, dan mereka pun melangsungkan akan pernikahan.

5). Konklusi
Dalam gubuk reot hiduplah seorang laki-laki bernama pakde Kempul. Dia mengasuh anak-anak broken home. Setelah lama hidupdengan anak-anak pakde mengajak temannya untuk mendidik keenam anak asuhya yang bernama Kemprut, Widi, Genting, Jantil dan Soer. Mereka memiliki kpribadian yang unik sehingga bisa menarik perhatian teman pakde yang bernama Bude Kiranti.
Perjumpaan mereka diawali dengan tumpahan sambel di atas taplak meja. Taplak meja itu mampu memingatkan masa-masa mereka muda. Tampal meja adalah simbol kederhanaan yang multi fungsi. Menecerminkan pribadi-pbribadi yang diharapkan pakde dan bude.
Akhirnya pakde dan bude menggelar pernikahan dengan ala taplak meja.











BAB II
T E M A
B. Tema

1. Tema Utama
Tema yang diangkat atau diulas oleh Herlina Syarifudin dalam naskah drama ini adalah tentang pendidikan terutama adalah ajaran moral. Atau lebih tepatnya kemanfaatan dan lambang sederhana sebuah taplak meja sebagai pengendali moral dalam kaitannya disini dengan ajaran saat ujian. Dengan lambang sebuah taplak meja kita dapat melihat gambaran sebuah kejujuran siswa-siswi dalam mengerjakan sebuah ujian.

2. Tema Sampingan
Tema sampingan pada naskah drama ini adalah “Kekeluargaan Tercermin Kesederhanaan Tampalak Meja”













BAB III
AMANAT
C. Amanat

1. Amanat
Ajaran moral atau pesan yang ingin disampaikan oleh pengarang ialah antara lain:
1) Kita harus menghargai orang lain terlebih lagi orang yang usianya lebih tua.
2) Kita tidak boleh menyontek, hendaklah percaya diri kepada diri kita sendiri.
3) Kita hendaknya berusaha untuk mendapatkan apa yang kita inginkan dan kita tingkatkan.













BAB IV
PENOKOHAN
D. Penokohan
Yang sangat berperan penting dalam suatu drama adalah tokoh. Dalam teks drama ini menampilkan tokoh-tokoh antara lain:
1) Pakde Kempul
Pakde Kempul merupakan tokoh utama dan memiliki peran yang penting dalam drama ini. Ia berperwatakkan baik hati, senang melucu dan bercanda, peramah, rendah hati, serta terkadang tegas.
2) Bude Kinanti
Bude Kinanti merupakan tokoh tambahan yang membuat drama ini hidup dengan mengeluarkan konflik-konflik sederhana dengan Pakde Kempul, meskipun bukan konflik antara protagonist dan antagonis. Bude Kinanti melakonkan watak yang baik hati, peramah, penyayang, suka humor, dan berjiwa sosial yang tinggi.
3) Anak-anak rumah singgah
Anak-anak rumah singgah ini merupakan tokoh-tokoh tambahan yang dapat dikatakan pula tokoh utama karena hampir di setiap adegan mereka muncul. Tetapi tokoh sentralnya tetap pada Pakde Kempul yang menjadi pusat penceritaan. Tokoh anak-anak ini memiliki perwatakan yang berbeda-beda, antara lain:
a) Kemprut
Kemprut memiliki sifat yang senang bercanda, suka kentut, bicara apa adanya (blak-blakan), memiliki ide yang diungkapkan sekenanya.
b) Wirid
Sifat yang dimiliki Wirid adalah taat pada agama, suka menasehati, paling sopan disbanding anak yang lain.
c) Genting
Perwatakan yang dimiliki Genting adalah senang bercanda, ia yang paling cerdas disbanding dengan yang lain.
d) Janthil
Pada drama ini Janthil berperwatakan berperwatakkan lugu, dan terlalu jujur dalam mengungkapkan sesuatu.
e) Sower
Sower memiliki watak yang senang bercanda dan suka tidur.
f) Mama Kemprut
Mama Kemprut adalah seorang ibu yang sangat menyayangi Kemprut,anaknya. Ia juga baik hati,terlihat dari cara dia menelpon Kemprut.

















BAB V
P L O T
E. Plot
1. Plot
Alur atau plot dalam penulisan naskah drama ini termasuk alur linear karena menceritakan secara kronologis urutan-urutan ceritanya.
Adapun struktur alur drama ini adalah sebagai berikut:
1) Bagian Awal
Memaparkan tokoh-tokoh yang terdiri atas kumpulan anak brokenhome di sebuah rumah singgah dengan pemiliknya yaitu Pakde Kempul. Kemudian Bude Kinanti yang merupakan teman lama Pakde Kempul dan berniat untuk membantu mengajar anak-anak di rumah singgah tersebut.

2) Bagian Tengah
Pada bagian tengah, sampailah pada ujian anak-anak di Rumah singgah menggunakan taplak meja sebagai media pentingnya. Maka anak-anak berusaha untuk mendapatkan taplak meja sebagai alat untuk ujian. Hingga Bude Kinanti dan Pakde Kempul saling bernostalgia di rumah singgah itu, membicarakan masa lau mereka.
3) Bagian Akhir
Bude Kinanti dan Pakde Kempul akhirnya menikah. Sementara anak-anak singgah sudah kembali bersama orang tua mereka. Bahkan mereka memberikan hadiah untuk pasangan pengantin itu gaun pengantin dan maskawin bermotif taplak meja.







BAB VI
S E T T I N G
F. Setting
1. Latar Waktu
Latar waktu dalam drama ini berbeda-beda, diantaranya:
Adegan 1 : Pagi hari saat anak-anak singgah baru bangun tidur
Adegan 2 : Siang hari
Adegan 3 : Satu tahun berikutnya siang hari.
Adegan 4 : Malam hari
Adegan 5 : Pagi menjelang siang karena disebutkan orang tua Genting agak telat karena harus mengambil rapor adiknya.
2. Latar Tempat
Latar tempat yang dipakai adalah di sebuah rumah singgah milik Pakde Kempul. Lebih rincinya dapat kita lihat antara lain:
Adegan 1 : di kamar tempat tidur anak-anak di rumah singgah.
Adegan2 : teras depan rumah singgah Pakde Kempul.
Adegan 3 : ruang tamu di rumah singgah Pakde Kempul.
Adegan 4 : teras depan rumah singgah Pakde Kempul.
Adegan 5 : rumah singgah Pakde Kempul.















BAB VIII
GAYA BAHASA
G. Gaya Bahasa

No. Kalimat Gaya Bahasa
1 Sana, mumpung matahari sedang tersenyum manis, cepat dijemur bantal kamu itu. Personifiksi
2 Kata Mbah Buyutku dulu, kalau kita bangun keduluan ayam berkokok, rejeki kita bakal jauh. Perumpamaan
3 Dan nasibmu selalu yang paling belakang. Perumpamaan
4 Bude Kiranti sedikit mendongeng pada kalian tentang apa dan bagaimana yang akan beliau lakukan di gubug reot kita ini. Litotes
5
Dan tanpa sengaja, ternyata kita berdua sama-sama punya cita-cita ingin bergelut dengan para
remaja yang bermasalah, baik dengan keluarganya maupun dengan lingkungan pergaulannya. Personifikasi
6 Kalau benteng kita tidak kuat, maka kita akan mudah rapuh. Pemrumpamaan
7 Kalau benteng kita kuat, kita tinggal memilih. Perumpamaan
8 Buru-buru makan rujak, karena perut sudah teriak. Personifikasi
9 Tapi anehnya, semakin dekat waktu menuju ke persiapan pernikahan, tiba-tiba bayang wajahmu muncul begitu saja. Hiperbola








DAFTAR PUSTAKA

http://www.lokerseni.web.id/2011/05/naskah-drama-taplak-meja-karya-herlina.html
http://utamy-dylezta.blogspot.com/2011/10/analisis-teks-drama-naskah-lakon-remaja.html
http://www.google.co.id/tanya/thread?tid=2632003314d5de45

Senin, 04 Februari 2013

Gaya Bahasa & Jenisnya

Gaya Bahasa dan Jenis-jenisnya
Poerwadarminta dalam Widyamartaya (1995: 53) menerangkan bahwa gaya umum itu dapat ditambah , diperbesar dengan salah satu cara. Tiap cara atau proses ini akan menghasilkan sejemlah corak dengan nama-nama khususnya. Panorama selayang pandang tentang gaya bahasa dapat dirinci dengan memperbesar daya tenaganya terhadap gaya umum dengan cara-cara mengadakan:
1. Perbandingan; 2. Pertentangan; 3. Pertukaran; 4. Perulangan; 5. Perurutan.
Gaya bahasa ialah cara penyair menggunakan bahsa untuk menimbulkan kesan-kesan tertentu. Gaya digunakan untuk melahirkan keindahan (http://esastra.com/kurusu/kepenyairan.htm#Modul 11). Hal itu terjadi karena dalam karya sastralah ia paling sering dijumpai, sebagai wujud eksplorasi dan kreativitas sastrawan-sastrawati dalam berekspresi.
Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis/pemakai bahasa (Gorys Keraf, 2002: 113). Suatu penciptaan puisi, juga bentuk-bentuk tulisan yang lain, misalnya cerpen, novel, naskah drama (Wacana sastra) sangat membutuhkan penguasaan gaya bahasa, agar puisi yang dihasilkan nanti lebih menarik, indah, dan berkualitas.

Pembicaraan tentang gaya bahasa sangatlah luas. Gorys Keraf (2002: xi-xii) membagi persoalan gaya bahasa, yakni:

1. Gaya bahasa berdasarkan pilihan kata

Gaya bahasa resmi
Gaya bahasa tak resmi
Gaya bahasa percakapan

2. Gaya bahasa berdasarkan nada:

Gaya sederhana
Gaya mulia dan bertenaga
Gaya menengah.

3. Gaya bahasa berdarkan struktur kalimat

Klimaks
Antiklimaks
Paralelisme
Antitesis
Repetisi

4. Gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna
a. Gaya bahasa retorika terdiri dari:
1) Aliterasi
2) Asonansi
3) Anastrof
4) Apofasis/preterisio
5) Apostrof
6) Asidenton
7) Polisindenton
8.) Kiasmus
9) Elipsis
10) Eufimismus
11) Litotes
12) Histeron proteron
13) Pleonasme dan tautologi
14) Perifrasis
15) Prolepsis/antisipasi
16) Erotesis/pertanyaan retoris
17) Silepsis dan Zeugma
18) Koreksio Epanotesis
19) Hiperbol
20) Paradoks
21) Oksimoton

b. Gaya bahasa kiasan
1. Persamaan/simile
2. Metafora
3. Alegori, Parabel dan Fabel
4. Personifikasi
5. Alusi
6. Eponim
7. Epitet
8. Sinekdoke
9. Metonimia
10. Antomonasia
11. Hipalase
12. Ironi
13. Satire
14. Iniendo
15. Antifrasis
16. Paronomasia